Kita menganggap keimanan sebagai sumber kenyamanan dan pemahaman, tetapi mendapati ekspresi kita akan hal itu justru menyebarkan perpecahan. Kita percaya, diri kita adalah orang-orang yang toleran meskipun berbagai ketegangan rasial, agama, dan kultural mencemari lanskap kehidupan kita. Dan alih-alih berusaha menyelesaikan atau memediasi konflik ini, politik kita justru mengipasinya, mengeksploitasinya, dan menjadikan kita terpecah-belah.