Lihat, ini Arok, yang tetap mempertahankan Tumapel. Dia dan pasukannya akan mempertahankannya sampai titik darah terakhir. Bukan karena imbalan uang, emas dan perak dan singgasana. Hanya karena kesetiaan pada janji.
Tak ada brahmana angkuh. Mereka hanya lebih mengerti, lebih tahu daripada orang yang menganggap pengetahuan dan ilmu sebagai keangkuhan.
Dia yang terlalu tinggi di atas singgasana tidak pernah melihat telapak kakinya. Dia tak pernah ingat, pada tubuhnya ada bagian yang bernama telapak kaki. Pendengarannya tidak untuk menangkap suara dewa, juga tidak suara segala yang di bawah telapak ...
Pada dasarnya manusia adalah hewan yang paling membutuhkan ampun.
Siapakah yang tahu rahasia para dewa kalau bukan kaum brahmana?
Tak ada guna orang tua hendak menang sendiri. Pada akhirnya para dewa juga yang menang.
Ucapan tiada pada tempatnya bukan lahir di rumah ini, Yang Suci, hanya terbawa entah dari mana.
Apakah yang bisa diperbuat oleh seorang perempuan?
Tiada hadiah diharapkan oleh brahmana, Yang Mulia. Kalau dia sudah dapat memberikah dharma untuk kesejahteraan titah, para dewa akan mengantar kasudahannya.
Perbudakan tidak aku benarkan. Siapapun tidak dibenarkan untuk menjadikan saudaranya sendiri budak dan bukan saudaranya sendiri menjadi budak.
Yang tidak memerlukan Hyang Mahadewa juga tidak diperlukan olehnya. Tetapi hukumnya berjalan terus, dengan atau tanpa manusia.
Bukan ucapannya yang terakhir yang menjadi nilai dari seluruh dirinu. Laku durjana pada semua temannya adalah dosa yang tidak terampuni. Selama ada senjata pada kita seperti ini, kita adalah satria, sekalipun tidak karena kasta.
Setiap penjahat harus diperlihatkan pada mereka yang telah dijahatinya, biar orang mengerti tampang dan sanubari penjahat!
Ketidakmampuan itu berasal dari diri semua yang memerintah, Dedes, ketidakmampuan mengerti kawulanya sendiri, kebutuhannya, kepentingannya.
Setiap kerusuhan di sesuatu negeri, bukan hanya Tumampel, adalah cerminan dari ketidakmampuan yang memerintah.
Tak ada brahmana angkuh, mereka hanya lebih mengerti, lebih tahu dari pada orang yang menganggap pengetahuan dan ilmu sebagai keangkuhan.
Tidak semua kebenaran dan kenyataan perlu dikatan pada seseorang atau pada siapapun.
Makin jauh dari Mahadewa dia (manusia) makin kejam.